Dok, kembalikan amandel saya!

By 4:35:00 PM


Beberapa hari lalu saya baca buku Mitos dan Fakta Kesehatan, Erikar Lebang penulisnya. Di halaman 144  dibahas mengenai air dan sistem pertahanan tubuh. Berikut ini kutipan dari bahasan tersebut:

"Benarkah mengkonsumsi ekstra air pada saat kita sakit bisa membantu? Mengapa itu bisa terjadi? Apakah tidak berbahaya mengonsumsi air dalam jumlah banyak? Mari kita ambil contoh paling umum. Misalnya, bagaimana tata cara sistem pertahanan tubuh kita bekerja saat menghadapi serbuan virus flu? Apa peran air? Ketika virus flu menyerang tubuh, mekanisme pertahanan kita segera menyiapkan sistem perlindungan tubuh yang berlapis. Pertama, lendir dalam jumlah cukup bersarang dalam hidung dan memancing bersin (kadang disertai batuk) untuk mengenyahkan virus. Mekanisme ini efektif menangkis masuknya sebagian dari serbuan virus ke dalam tubuh. Namun, toh tetap ada yang lolos masuk ke dalam tubuh. Kadang benteng pertahanan terdepan, yakni amandel, memberi sinyal pada pertahanan tubuh untuk bersiap lebih lanjut. Amandel membengkak. Mekanisme pertahanan bawaan tubuh segera menyiapkan pertahanan lapis selanjutnya. PAsukan sel darah putih segera bersiap tarung" (Erikar Lebang 2012: 144-145)


Dari  kutipan tersebut, kalimat "Kadang benteng pertahanan terdepan, yakni amandel, memberi sinyal pada pertahanan tubuh untuk bersiap" membuat saya teringat pada amandel yang diangkat sekitar tahun 2003 lalu. Saya lupa sejak kapan sering terserang demam tinggi karena amandel bengkak. Dulu sering dikasih air rebusan kencur, 2 hari sembuh biasanya. Yah, dibantu obat juga...termasuk antibiotik *tutup muka*. Sejak kuliah, saya perhatikan si amandel bisa sebulan sekali bengkak, bisa 3-4 hari. Panas badan bisa sampai 40 malah. Tinggal jauh dari orangtua, hobi demam tinggi itu jadi mengkhawatirkanlah ya. Akhirnya mulai dipertimbangkan untuk angkat amandel. 

Suatu hari, saya ke dokter penyakit dalam. Si dokter ini ganteng *eh. Dokter senior yang sangat dipercaya banyak orang. Begitu saya disuruh membuka mulut, katanya "wah itu merah banget amandelnya, udah angkat aja ya". Saya sempat bertanya, intinya saya menanyakan kalau diangkat apa efeknya, karena si amandel itu kan tugasnya menangkap virus. Alih-alih memberi tahu penyebab amandel saya sering bengkak dan menjelaskan efeknya secara jelas, si dokter malah bilang kalau amandel saya sudah jelek, jadi cuma cari masalah aja kalau tidak diangkat. Saya tanya kapan kalau mau operasi, karena saya masih mau pikir-pikir dulu. Jawabannya agak bikin kaget, dia menjadwalkan operasi esok pagi. Deng!

Menyesali bahwa tahun-tahun itu pengetahuan saya tentang naturopati tidak ada, bukan  minim, tapi tidak ada sama sekali, sehingga saya tidak punya pilihan lain selain percaya pada saran dokter yang katanya ahli itu. Andai saya tahu bahwa kebiasaan minum susu dan teh setiap harinya adalah salah dua dari sekian pola hidup yang membuat kondisi tubuh saya jelek. Belum lagi pola makan harian yang salah; dalam piring selalu ada karbohidrat, protein hewani/nabati, sayur dan diakhiri dengan buah. Saya mudah terserang virus atau bakteri, si amandel kerja bakti melawan, makanya dia selalu bengkak, hampir setiap bulan. Dan ternyata, mengangkat amandel itu bukan solusi. Oh tidaaak!

Padahal, jika saya tahu apa yang dibutuhkan tubuh saya, besar kemungkinan amandel itu masih ada sekarang. Saya hanya perlu mengubah pola makan secara benar. 

Waktu membaca tentang betapa amandel itu besar sekali jasanya bagi pertahanan tubuh, saya sangat marah dan sedih sekaligus. Marah pada dokter itu, pingin rasanya bilang ke beliau "Dok, kembalikan amandel saya!". Sedih bahwa pertahanan tubuh saya sudah pincang, karena garda depan dilumpuhkan. 

Tapi, di lain sisi, saya tetap bersyukur bahwa 9 bulan lalu mengenal Food Combining. Bukan Food Combining yang pada tahun 2002 saya pahami sebagai pola diet penurunan berat badan para artis. Food Combining dengan pemahaman sebenarnya. Plus, saya belajar tentang fungsi organ, cara kerjanya, bagaimana memperlakukan organ tubuh agar bekerja maksimal dan sesuai fungsinya, bagaimana cara makan dan pola hidup yang baik untuk kualitas hidup dan kesehatan yang lebih baik. Setidaknya setelah menjalani Food Combining, tubuh saya jauuuuuh lebih sehat dan bugar berbanding 10 bulan lalu. 

Hal mendasar yang perlu dipelajari dari pengalaman ini adalah jika sakit, jangan cuma ingin tahu bagaimana menyembuhkannya, tapi cari tahu juga MENGAPA SAYA SAKIT. Itu jauh lebih penting daripada sibuk mencari obat dan mengeluarkan uang banyak untuk "melumpuhkan" rasa sakit, "membungkam" alarm tubuh dan berujung tidak sembuh. Apalagi sampai "membuang" organ yang fungsinya penting bagi pertahanan dan kesehatan tubuh. Tubuh itu bekerja holistik, tidak seperti kendaraan yang jika rusak, bisa dibawa ke bengkel, diganti onderdilnya, kemudian (mungkin) bisa normal lagi. Amandel saya gak ada gantinya *nangis*.

Semoga kita selalu sehat, ya :) 



You Might Also Like

8 komentar

  1. Kak Salman Bluepacker:

    Pake hati nulisnya, bermodal kesel dan marah ahahahah

    ReplyDelete
  2. Amandel yang dibuang itu biasanya udah kronis (rusak karena infeksi yang lama), kelenjar yang menghasilkan pertahanan tubuh sudah rusak, bahkan dihuni kuman. jadinya udah nggak berguna lagi bagi tubuh, dan jika dibiarkan membahayakan. sehingga menurut medis, hendaknya dibuang.
    Soal pertahanan tubuh, di rongga mulut dan hidung nggak hanya amandel (tonsila palatina) aja, tapi ada amandel lain juga (tonsila faringeal, tonsil tubaria, adenoid, dll) yang bisa menangkal kuman penyebab infeksi menggantikan fungsi amandel yang dibuang. jadi tenang aja, Tuhan udah nyiptain organ" yang terbaik buat kita :)
    CMIIW :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih informasinya. Iya, Tuhan maha hebat, menciptakan tubuh dengan organ-organ yang terbaik bagi manusia. Dengan segala keterbatasan saya, sekarang sedang berusaha untuk menjaga organ-organ ciptaan Tuhan tersebut supaya tetap berfungsi baik dengan mengatur pola hidup sehari-hari :)

      Delete