Kebaikan itu menular
Tahun lalu,
tepatnya di bulan Agustus, saya mulai merombak pola hidup, pola makan terutama.
Pengalaman mudah jatuh sakit dan terserang Demam Berdarah di tengah tahun 2014
membuat saya berpikir keras; apa yang salah dari pola hidup saya selama ini.
Olahraga? Ya,
saya memang angin-anginan. Tapi berbanding orang lain, saya masih olahraga,
minimal seminggu sekalilah. Kalau lagi kumat, bisa tiap hari saya lari pagi.
Kalau lagi sedang-sedang saja semangatnya, saya paksakan memenuhi 3-4 kali
olahraga dalam seminggu, minimal 15 menit.
Makan sehat? Saya
peminum susu. Saya selalu menghadirkan paket karbohidrat, protein (hewani dan
nabati), sayur dan buah dalam setiap waktu makan. Jajan camilan yang saya
anggap sehat karena di kemasan tertera ‘natural’, ‘alami’, ‘tanpa pengawet’,
‘rendah lemak’, ‘rendah kalori’, ‘rendah garam’, ‘tanpa pemanis buatan’, dan
penanda lainnya yang meyakinkan saya bahwa makanan itu sehat.
Tapi kenapa badan
saya ringkih sekali?
Bisa setiap bulan
saya flu dan batuk. Migraine bisa setiap minggu. Diare? Jangan tanya deh. Maag?
Bisa tiap hari perut saya sebah, kembung dan perih. Belum lagi kalau sedang
stress bisa sampai muntah-muntah. Bangun tidur, mana pernah saya merasa segar.
Tidak pun ingin tidur kembali. Hanya saja, tubuh saya rasanya tidak segar.
Telapak kaki sakit. Badan lemas. Kepala berat. Tidur pun mana pernah nyenyak.
Jika terkena
gerimis saja sedikit, saya bisa pulang ke rumah dengan badan meriang. Angin
malam? Jangan tanya, pasti perut saya kembung semalaman. Begadang? Huwaa, badan rontok tiga hari.
Akhirnya, hasil
ngobrol-ngobrol dengan Mbady, tercetuslah tema obrolan tentang Food Combining.
Saya bilang “bukannya Food Combining itu diet untuk ngurusin badan ya? Aku gak
mau ngurusin, mau sehat aja”, lalu Mbady ngasih link www.erykar.com dan menjelaskan sedikit tentang
Food Combining itu. Katanya “googling aja, banyak kok infonya”. Langsung saya
melesat ke mbah Google dan menemukan setumpuk materi yang bisa saya baca.
Waktu itu, di
rumah kontrakan belum ada internet. Jadi, setiap kali saya ke kampus, saya
unduh semua bahan yang mungkin saya baca kemudian. Dari bahan-bahan itu, saya
baca perlahan. Mencoba memahami. Saya mulai mempelajari juga gimana sistem
tubuh bekerja secara holistik. Setelah paham satu hal, saya bahas dengan Mbady.
Kemudian baca lagi, kemudian diskusi lagi. Gitu terus. Kayanya butuh waktu 1-2
hari saja untuk kemudian saya mulai sarapan buah dan memisahkan antara
karbohidrat pati dan protein hewani. Saya tinggalkan kopi, teh dan susu. Tapi
saya selalu bilang ke diri sendiri “tenang, Beb..Sabtu dan Minggu waktu untuk
cheating, konsisten ya FC-nya”. Jadi tetep waktu awal saya ngarep cheating.
Saya ingat,
seminggu aja saya jalanin Food Combining dan hasilnya mulai terasa. Di hari
ketiga, kalau gak salah, saya bisa tidur nyenyak. Girang banget! Saya pamer ke
Mbady, kalau semalam saya tidur nyenyak sampai pagi waktu adzan subuh
berkumandang. Biasanya mana pernah gitu! Saya pasti terbangun beberapa kali
kala malam. Tidur tidak nyenyak. Capek. Bangun tidak segar.
Kemudian saya
mulai baca-baca lagi tentang Yoga. Erikar Lebang, pemilik www.erykar.com itu juga praktisi yoga, aliran
Iyengar. Saya belajar deh. Awalnya ya belajar yoga dari video yang diunduh dari
Youtube, kemudian download beberapa artikel. Latihan tiap pagi, biasanya 15 –
30 menit aja. Setelah shalat subuh, saya yoga. Sarapan satu ronde, baru mandi
dan bersiap ke kampus. Jadi, sempet-sempet aja, sih. Kalau mau.
Awal tahun ini,
teman serumah saya yang membawa bayinya bercerita kalau si bayi susah BAB. Dia
juga bercerita bahwa setelah operasi caesar, dia mengalami konstipasi parah.
Ternyata, sejak habis caesar itu, dia disuruh makan 6 butir telur untuk setiap
menu makan siang dan malam. Kebayang! Pantesan aja dia konstipasi, pun anaknya.
Saya iseng,
ceritalah tentang pencernaan, ritme sirkadian dan pola makan Food Combining.
Lupa sedetail apa. Tapi seinget saya sih gak yang ngotot gimana banget. Selain
itu, dia juga mulai memperhatikan bagaimana saya makan sehari-hari.
Gak lama dari
situ, dia mulai menerapkan sarapan buah. Biasanya sampai jam 9 aja, kemudian
makan nasi dan lauk pauk. Kemudian bergeser makan buah sampai jam 10, sampai
jam 11, sampai jam 12. Mulai memisahkan pati dengan protein hewani, walau
kadang-kadang masih juga mau mencampur. Mulai ikut minum air hangat dan perasan
jeruk nipis pagi hari.
Setelah beberapa
waktu, dia bercerita bahwa bayinya rutin BAB. Sehari bisa dua kali malah. Tidak
pernah lagi nangis gelisah kalau tidur. Dia pun mulai merasakan perbaikan di
kesehatannya. Teman saya ini punya riwayat darah tinggi. Dia bilang gejalanya
sering muncul, tapi sejak menjalani Food Combining, dia merasa kesehatannya
lebih baik.
Sampai sekarang,
di rumah kami (rumah kontrakan itu berisi 5 orang) hanya saya dan dia dan
bayinya yang melakukan Food Combining. Ketika bayinya memasuki usia 6 bulan,
dia pun mulai menerapkan Food Combining kepada bayinya. Selain itu, si teman
ini mulai menularkan kebiasaan sarapan buah kepada ibunya. Awalnya sang ibu
menolak, banyak deh alasannya, biasalah itu. Tapi kemudian, mulai ikut
pelan-pelan. Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan ibunya, beliau bercerita
bahwa kesehatannya semakin baik. Sebelumnya, ibu ini termasuk orang yang jarang
sakit. Tapi semenjak mulai mengatur pola makan, banyak makan buah, dan
mengganti protein hewani dengan tahu, tempe dan jamur, beliau mengaku lebih
segar.
Alhamdulillah.
Kebaikan itu
mudah menular, asal niatnya baik. Semoga kita semua senantiasa sehat dan dalam
lindungan Tuhan. Aamiin.
0 komentar