[Q&A] Saya harus bagaimana?

By 10:29:00 AM

Pertanyaan dari salah seorang anggota Food Combining Indonesia di Facebook:

"Pagi semua nya...saya mau nanya anak saya usia 10thn di vonis Dr sakit limfoma. Sy pengen kasih anak sy terapi makanan sayur dan buah. Adakah yg bisa bantu sy cara mengatur menu nya ya. Sebelum nya sy ucapkan trima kasih sebanyak2 nya..."

Beberapa kutipan jawaban Erikar Lebang:


"Lakukan saja #Foodcombining sebaik mungkin
Terkait sistem daya tahan tubuh, kurangi makanan yang tidak sesuai kodrat tubuh manusia, seperti protein hewani dalam semua bentuk. Juga hentikan konsumsi makanan pabrikan atau prosesan. Minum hanya air putih
Terkait protein hewani
Kita memang terbuai oleh ketidak tahuan dunia kesehatan konvensional tentang pola makan sehat yang sesuai dengan sistem cerna tubuh manusia. Hingga saran pola makan sehat, lebih sering berangkat dari asumsi yang tidak sesuai tubuh manusia. Sayangnya lagi ketidak tahuan tersebut jarang terekspose dengan baik. 

Manusia tidak didisain oleh Tuhan untuk mengkonsumsi protein hewani dalam jumlah dominan. Bisa dilihat dari perangkat cerna yang diciptakan, mulai dari gigi, panjang usus, pemakaian enzim cerna hingga lama makanan diproses. Melawan hukum alam ini, jelas akan menimbulkan kerugian kesehatan secara jangka pendek maupun akumlatif. 

Kenapa protein hewani didewakan? Selain dari sisi mitos, komposisi protein hewani memang kaya akan asam amino yang bisa dirangkai ulang tubuh menjadi pembentuk sel. Masalahnya adalah, struktur protein hewani tidak serta merta dimanfaatkan tubuh, harus melalui proses rangkai ulang tadi, mirip mainan lego yang harus dibentuk ulang saat ingin menciptakan satu wujud mainan baru. Nah proses pemecahan asam amino dari protein hewani menjadi satu bentuk protein berguna untuk tubuh manusia, itu prosesnya panjang dan rumit. Memang sel baru yang terbentuk menjadi lebih mudah, tapi resikonya sel tersebut penuh dengan sampah protein serta bentuknya rentan cacat. Tubuh yang penuh oleh sel cacat, jangan diharapkan bisa memiliki kesehatan yang paripurna. Dalam jangka pendek ataupun panjang

Jadi darimana pembentuk sel tubuh manusia? Sesuai dengan sistem cerna , manusia basisnya lebih ke sisi vegetarian. Komposisi asam amino dari buah, sayuran dan biji-bijian memang tidak selengkap protein hewani, tapi lebih mudah dirangkai ulang oleh tubuh dan tidak menghasilkan sel cacat. Perawatan kesehatan dan penyembuhan penyakit jelas lebih terakomodir bila kita memiliki sel yang sehat. Makanlah buah, sayuran segar dan biji-bijian dalam ragam juga jumlah yang bervariasi serta cukup, untuk memastikan suplai asam amino sesuai jumlah dibutuhkan.

Alam itu harus dipatuhi, bukan dilawan, dengan asumsi apapun

Manusia tidak didisain oleh Tuhan untuk mengkonsumsi protein hewani dalam jumlah dominan. Bisa dilihat dari perangkat cerna yang diciptakan, mulai dari gigi, panjang usus, pemakaian enzim cerna hingga lama makanan diproses. Melawan hukum alam ini, jelas akan menimbulkan kerugian kesehatan secara jangka pendek maupun akumlatif. 

Kenapa protein hewani didewakan? Selain dari sisi mitos, komposisi protein hewani memang kaya akan asam amino yang bisa dirangkai ulang tubuh menjadi pembentuk sel. Masalahnya adalah, struktur protein hewani tidak serta merta dimanfaatkan tubuh, harus melalui proses rangkai ulang tadi, mirip mainan lego yang harus dibentuk ulang saat ingin menciptakan satu wujud mainan baru. Nah proses pemecahan asam amino dari protein hewani menjadi satu bentuk protein berguna untuk tubuh manusia, itu prosesnya panjang dan rumit. Memang sel baru yang terbentuk menjadi lebih mudah, tapi resikonya sel tersebut penuh dengan sampah protein serta bentuknya rentan cacat. Tubuh yang penuh oleh sel cacat, jangan diharapkan bisa memiliki kesehatan yang paripurna. Dalam jangka pendek ataupun panjang

Jadi darimana pembentuk sel tubuh manusia? Sesuai dengan sistem cerna , manusia basisnya lebih ke sisi vegetarian. Komposisi asam amino dari buah, sayuran dan biji-bijian memang tidak selengkap protein hewani, tapi lebih mudah dirangkai ulang oleh tubuh dan tidak menghasilkan sel cacat. Perawatan kesehatan dan penyembuhan penyakit jelas lebih terakomodir bila kita memiliki sel yang sehat. Makanlah buah, sayuran segar dan biji-bijian dalam ragam juga jumlah yang bervariasi serta cukup, untuk memastikan suplai asam amino sesuai jumlah dibutuhkan.
Alam itu harus dipatuhi, bukan dilawan, dengan asumsi apapun

Terkait ikan gabus
Yang ditengarai bisa diambil dari ikan itu adalah albumin, sebagai sumber protein utama plasma darah. Tapi ya itu tadi, sesuai dengan kesehatan konvensional, apa-apa terkait makanan masih bersifat ditengarai. Nebak-nebak. Baru-baru ini saya diundang jadi pembicara di salah satu fakultas kesehatan universitas negeri ternama di Jawa Tengah, yang sedang mengadakan seminar gizi internasional. Salah seorang pembicaranya adalah doktor gizi bergelar profesor dari universitas negeri di Sulawesi, kebetulan sekali makalah yang dipaparkan adalah ikan gabus sebagai alternatif sumber albumin. Pasca kesempatan saya maju memberikan makalah, beliau menghampiri saya dan mengajak diskusi. Dia sangat tertarik dengan logika fisiologi sistem cerna yang saya paparkan, sesuatu yang dia tidak terlalu kuasai. "Mas, kapan-kapan saya undang ke fakultas saya ya, cerita yang tadi, masukan menarik sekali"

Yang lucu adalah, berdasarkan ketidak tahuan beliau, bagaimana kita bisa tahu, bahwa albumin terserap baik dengan tubuh? Kalau pola kerja sistem cernanya saja tidak dikuasai? Bagaimana albumin bisa diproses tubuh, kalau pengereknya si protein hewani lebih dulu menyulitkan sistem cerna? Inilah dunia kesehatan konvensional, tubuh manusia dijadikan alat tebak-tebakan. Jangan heran bila banyak sekali penyakit menjadi berat dan sulit diatasi, sementara begitu melakukan pola makan sehat seperti FC atau diet alkali, penyakit tersebut berangsur hilang sendiri setelah tubuhnya membaik. Bukan masalah patuh pada prosedur, tapi patuh pada hukum alam buatan Tuhan. Mana yang lebih prioritas?

Kalau mau sehat

Yang lucu adalah, berdasarkan ketidak tahuan beliau, bagaimana kita bisa tahu, bahwa albumin terserap baik dengan tubuh? Kalau pola kerja sistem cernanya saja tidak dikuasai? Bagaimana albumin bisa diproses tubuh, kalau pengereknya si protein hewani lebih dulu menyulitkan sistem cerna? Inilah dunia kesehatan konvensional, tubuh manusia dijadikan alat tebak-tebakan. Jangan heran bila banyak sekali penyakit menjadi berat dan sulit diatasi, sementara begitu melakukan pola makan sehat seperti FC atau diet alkali, penyakit tersebut berangsur hilang sendiri setelah tubuhnya membaik. Bukan masalah patuh pada prosedur, tapi patuh pada hukum alam buatan Tuhan. Mana yang lebih prioritas?

Kalau mau sehat
Saya pernah menulis tentang dikotomi antara dunia kesehatan kuratif dan preventif. Dimana kuratif yang basisnya adalah pengobatan dan tindakan medis lebih menguasai. Walhasil kita sering bertindak berdasarkan pada apa sakit kita? Bukan untuk membuat tubuh sehat. Karena memang tuntunan dunia kesehatan umumnya kesana. Jadilah 'apapun' di sekitar kita diperlakukan sebagai 'obat', "makanlah saat sakit anu..", "minumlah saat sakit ini...". Goalsnya, yang penting sembuh! Perkara nanti sakit lagi, itu nasib. Perkara penyakitnya 'hilang' tapi tubuhnya lemah dan sakit-sakitan, ya itu resiko. Gak terbersit pikiran, bahwa tubuh sehat itu akan tidak mudah sakit, sekalipun sakit, dia aktif mengalahkan penyakitnya secara mandiri. Gimana tubuh bisa sehat? Ya pengaturan pola makan harian. Tapi konsep ini gak dikenal di dunia kesehatan konvensional yang mengandalkan obat atau tindakan medis.
Jadilah muncul salah kaprah "Ah, #Foodcombining itu pola makan buat mereka yang sehat saja"

Balik lagi
Bila bicara penderita kanker tidak boleh mengkonsumsi sayuran segar, itu merujuk pada siapa? Kalangan medis konvensional? Lihat saja trek rekor mereka dalam memberikan advis makan sehat? Baik kah? "Kalau sudah sakit kanker, makan apa saja, yang penting hati riang", "makan protein hewani banyak-banyak, biar selnya cepat sehat", "penderita kanker harus minum susu biar kuat" dan segudang saran (bodoh) sejenis ini lainnya. Masuk akal? Tanya saja pada persentase mereka dalam menangani kanker, banyakan gagalnya atau berhasil? Berani saya bertaruh, persentase keberhasilan mereka pasti sangat rendah.

Kalau mau ngetes pengetahuan yang melarang ini-itu tentang makan sehat, sederhana saja. Minta sama mereka jelaskan pola makan pembentuk basa itu seperti apa? Makanan kaya anti oksidan bagaimana dan apa fungsinya dalam melawan kanker? Saya lagi berani bertaruh, kalau mereka gak membuang muka, menjelaskan terbata, keluar keringat dingin, mengalihkan pembicaraan, marah atau bertukas, "yang gitu-gitu gak ada penelitian ilmiahnya!" Model begini dipercaya advis makan sehatnya?

Ini gunanya mencerdaskan diri sendiri, terkait kesehatan, utamanya cara makan sehat benar

Kalau mau ngetes pengetahuan yang melarang ini-itu tentang makan sehat, sederhana saja. Minta sama mereka jelaskan pola makan pembentuk basa itu seperti apa? Makanan kaya anti oksidan bagaimana dan apa fungsinya dalam melawan kanker? Saya lagi berani bertaruh, kalau mereka gak membuang muka, menjelaskan terbata, keluar keringat dingin, mengalihkan pembicaraan, marah atau bertukas, "yang gitu-gitu gak ada penelitian ilmiahnya!" Model begini dipercaya advis makan sehatnya?
Ini gunanya mencerdaskan diri sendiri, terkait kesehatan, utamanya cara makan sehat benar"

Satu kutipan lagi dari jawaban Erikar Lebang yang sering saya temui di kehidupan sehari-hari, seperti ini:
"Makanya suka speechless saat kita bicara, "patuhi hukum Tuhan, jangan dilawan.." eh dicounternya dengan, "ini kata dokternya begini..." Buset hukum Tuhan dikalahin sama kata dokter?"

---------------
Ketika saya berusaha mengedukasi orang-orang di sekitar dengan pola makan yang lebih baik, saya tidak bilang ini pola makan yang benar mutlak, tapi saya pahami dengan logika dan kemudian saya yakini bahwa pola ini lebih baik karena saya sudah merasakan hasilnya. Kemudian mereka akan menjawab dengan "ini kata dokterku, kok" dan ya, saya yang lulusan ilmu komunikasi dianggap tidak tahu apa-apa, bahkan setelah saya membaca banyak referensi sekalipun :) Well, sehat itu pilihan. Silakan :)


Semoga mendapat manfaat dari kutipan tersebut ya.

You Might Also Like

0 komentar