Kami si Bolang [Bocah Petualang]

By 7:30:00 AM

Dulu saya punya cita-cita keliling kota dengan beberapa temen, tapi berhubung mereka udah pulang kampung duluan, jadilah belum terwujud sampe suatu hari saya dan kendil pengen jalan-jalan tapi konon tidak mau mengunjungi mall. Diputuskanlah Minggu sebagai hari jelajah kota :) berbekal peta yang tidak dipakai itu, kami berdua mulai perjalanan dari Stesen KTM UKM ke Bank Negara. Turun di Bank Negara, kami jalan menelusuri jembatan yang berujung di jalan besar. Di jembatan itu ditemukan dua orang peminta-minta yang membawa keranjang berisi tissue. Kendil berdiri dan berpikir dan merenung *mungkin* ketika melihat kedua bapak tua yang buta itu. Saya sendiri langsung membayangkan sedang apa anak-anak mereka yang mungkin berpenglihatan baik, atau istri yang mungkin bisa bikin gorengan atau berjualan buah seperti seorang ibu yang ada di sudut jembatan lainnya. Kenapa si bapak buta ini dibiarkan berdiri seharian dengan tagline "kasihani saya". Saya tidak iba, tapi malah gemes sama keluarga atau siapapun yang menjadi kerabatnya.

Keluar dari jembatan kami belok kanan grak! kalau belok kiri ada komplek pertokoan which is bukan daerah tujuan *konon*. Jalan ke arah kanan, saya gak tau nama jalannya apa, tapi sepi dari kendaraan mungkin karena minggu dan gedung-gedung di situ mayoritas adalah perkantoran. Jadi seneng jalan kakinya, banyak pohon rindang pula. Deket ujung jalan baru keliatan ada Dataran Merdeka dan Gedung Kementerian Pariwisata. Menyebranglah dan berfotolah...melewati gedung kementerian, kami belok kanan menyusuri jalan menuju Puduraya. Tapi setengah jalan eh eh eh ada gang belok kiri dan tulisannya MASJID JAMEK! wow...mampir deh...disini saya nemu harta karun. Satu stall menjual cincin-cincin dengan harga sangat miring! harta karun banget!! kami menelusuri jalan di kerumunan stall ini pelan-pelan sambil berharap menemukan harta karun lainnya. Di ujung gang itu kelihatan jalan besar yang di kiri dan kanannya banyak pertokoan yang dimiliki oleh orang beretnik India. Kemungkinan mereka adalah India muslim mengingat jenis pakaian yang dijualnya. Kami menyusuri pinggiran jalan entah sampe mana...belok kiri belok kanan, ketemu Tunes hotel, ketemu jembatan lagi, ketemu Monorail dan sampai di satu titik saya menemukan gang yang isinya stall penjual baju-baju bekas.

Kami langsung menyebrang dan benar, itu adalah stall tempat jualan baju bekas. Mencium aroma tempat itu seperti berada di pasar Gedebage, Bandung. Tempat baju-baju bekas yang diambil dari Korea, Hongkong dan tempat lainnya. Kalau beruntung bisa dapet baju dengan kondisi sangat layak pakai dan harga yang sangattt murah. Di tempat ini kebanyakan orang menjual jaket kuit, long coat dan celana. Harga yang dipajang mulai dari RM 5 untuk sepotong celana.

Keluar dari gang cimol itu kami belok kiri dan saya mulai ngeh kalo itu adalah daerah Chow Kit. Beberapa hari yang lalu kendil masang status "Yamien" di jejaring sosialnya, dan saya langsung tanya apa dia masih mau yamien...dan jawaban dia YES dan sebentar kemudian kaki kami sudah sampai di Restoran TAR. Ada orang yang bahagianya ampun-ampunan nemu sate kambing dan es campur. Selamat makan :)

Dari tempat makan kami keliling keliling dan keliling seputar daerah Chow Kit. Nemu bangunan kumuh diantara bangunan megah, matahari yang panasnya aduhai, nemu orang nyebrang, nemu orang berpakaian aneh, nemu tempat beli minuman hehe..

Karena lutut kiri saya sedang bermasalah, perjalanan yang dimulai pukul 10 pagi itu berakhir di Monorail Chow Kit menuju Bukit Bintang pada pukul 4 sore. Ini kereta kedua setelah KTM Bank Negara tadi pagi.

Berhentilah di Stasiun Bukit Bintang, dan si Bolang pun masuk mall hihihi tidak ada dalam skenario. Karena peta dibawa Dora, jadilah dua Bolang masuk mall, biar gaul. Tidak sampai satu jam, akhirnya dua Bolang jalan lagi menuju KLCC. Dan sore pun dihabiskan nongkrong di depan taman, ngeliat keluarga berkumpul, ngeliat anak kecil lari sana sini, ngeliat banyak pasangan mondar mandir. Sampe akhirnya langit mulai gelap, Bolang pun naik LRT menuju Pasar Seni. Sudah lama tidak merasakan AC di Rapid KL, jadilah dua Bolang naik U40 dari Pasar Seni menuju Hentian Kajang dengan modal RM 3.

Sampai di Kajang dan SAYONARA!

Perjalanan si Bolang I ini penuh dengan cerita, walaupun tidak mewah dan keliatan datar, tapi dari setiap sudut kota yang kami lewati adaaa aja yang bisa dijadikan bahan renungan *tjieh diajak mikir*. Mulai dari peminta-minta, jalanan yang panas, baju yang basah dengan keringat, orang bekerja apa saja untuk hidup, bangunan tua dan usang, bangunan megah tak berisi, pasar penuh orang dan barang, air hujan, langit hitam, dan sebagainya. Bersyukur adalah kesimpulan perjalanan ini :)

Banyak tempat yang belum sempet dikunjungi pada petualangan si Bolang I ini, seperti Butterfly Park, Masjid Negara, Museum Orang Asli dan Planetarium. Padahal saya lagi ngidam Bulan dan Bintang :) mudah-mudahan ada episode Bolang II..

Selamat Pikniko!!


*foto koleksi pribadi*



You Might Also Like

9 komentar

  1. like this! d(^^)b
    tadi saya dan beberapa kawan yang sukanya petualangan di tempat aneh juga sedang berpikir mau segera bertindak.
    kami tunggu buzz buzz atau cerita selanjutnya nyisanak ;) kali kami ngekor jadi pedro-nya bolang. soalnya petanya dibawa dora! wkwkwk.
    lap yuuu.. not lap kendil :P eheheee :-*

    ReplyDelete
  2. hahah
    iyaa petanya dibawa Dolaaa jadi kita jalan2nya gak sampe ke Planetarium dehhh...

    ReplyDelete
  3. saya merasa ada yang mengomongi saya disini hehehehe, keren kan poto akuuuuuu :p

    ReplyDelete
  4. dulu sayah sempet dapet tawaran tiket eksklusif masuk planetarium. Namun dengan pertimbangan kebahagiaan lahir bathin, tiketnya gak mau saya ambil. hahahhaha.... Dan sampe sekarang cuma pernah sempet foto di depan gedungnya aja.

    ReplyDelete
  5. hi saya aminah dari vietnam . ini blog saya buat tour di vietnam sila kan tengok dan send bagi kawan mana minat datang ke vietnam . thank you soo much

    ReplyDelete
  6. inih kapan lagih yah bisa terlaksana. yang jauhan dikit atuh lah mbak, Yurop gituh, yukkkssss

    ReplyDelete