Tentang Gagal Move On

By 10:09:00 AM

Dulu seorang teman kerap bikin saya kesal, ini perkara waktu. Saya mulai merasa sebal ketika ngobrol yang berkaitan dengan waktu dengan si teman, setelah beberapa kali salah persepsi tentang "jam berapa".


Sebagai mahasiswa Internasional di UKM, saya dan teman-teman asal Indonesia dan juga mereka yang berbahasa Melayu diwajibkan mengikuti dua kelas Bahasa Melayu untuk dua semester. Jadwal untuk kelas ini macam-macam, biasanya siapa yang cepat daftar, dia yang dapat jadwal enak. Enak itu adalah sekitar jam 10-14 siang, kelas yang pagi jam 8 masih sering menyisakan kantuk, kelas yang sore sudah terlalu lelah untuk diikuti. 

Nah, si temen ternyata dapet jam 8 karena telat daftar. Jadilah dia marah-marah karena dapet kelas jam TUJUH. Berulang-ulang dia sampaikan itu ke saya. Setiap minggunya, bahwa dia harus bangun lebih pagi, mengejar bis lebih pagi, karena kelas jam 7 sudah dimulai. Saya kira memang ada kelas tambahan pukul 7, baik sekali dosen-dosen itu, saya pikir, mengadakan kelas tambahan. Tapi kemudian saya sadar bahwa jam 7 itu adalah diasosiasikan dengan jam Indonesia ketika saya janjian main ke KL dengan si temen.

Ceritanya kita janji pergi jam 10, dia bilang "jadi jam 9 kan ya?", saya betulkan "nggak, kan jam 10, anak-anak jemput jam 10", lalu dia bilang "iya tapi kan jam 9 di Indonesia". Di situ saya baru ngeh, jangan-jangan kuliah Bahasa Melayu yang selalu disebutkan sebagai jam 7 itu adalah waktu Indonesia. Kemudian saya konfirmasi dan ternyata benar! Oh God! Perkara janjian ini juga berulang-ulang terjadi "berarti jam ... Indonesia kan?" selalu begitu. Jam tangannya selama dua tahun tetap menggunakan Waktu Indonesia Bagian Barat.

Saya kira hanya si temen satu itu yang "aneh", ternyata kemudian saya menemukan beberapa lagi. Kalau bangun pagi subuh itu jam 6, kemudian ngedumel karena di Indonesia jam 5 kurang. Bahas jam sahur juga begitu "berarti di Indonesia jam 3 kan?". Oh No!

Wondering, kalau mereka tinggalnya di Singapore, apakah mereka akan melakukan hal yang sama? 

Salah satu teman saya yang selalu menggunakan "berarti jam segininya Indonesia ya" itu sempat sekolah di New Zealand, terpikir bertanya apakah dia melakukan hal yang sama? Tetap memasang mindset waktu Indonesia? Kalau ya, kasihan sekali :)

Sampai hari ini saya belum menemukan jawaban KENAPA dari segala bentuk pemikiran itu. Kenapa tidak menyesuaikan diri dengan hal yang ada di negara tempat bertamu sih? Bahkan yang sifatnya alamiah, bukan buatan manusia pun masih kamu banding-bandingkan, masih belum bisa move on. Come on! 

You Might Also Like

1 komentar