Tentang Tidak Suka
Entah karena ini Malaysia atau karena beberapa individu yang selalu anti ini dan itu. Beberapa kenalan saya yang bersekolah dan kerja di Malaysia kerap mengeluh; tentang masyarakatnya, tentang lingkungannya, tentang budayanya, tentang pendidikannya, tentang aturannya bahkan tentang cuaca yang bukan buatan manusia. Entah karena mereka masih dalam fase gegar budaya atau memang mereka antipati terhadap sesuatu yang berbeda atau tidak sesuai dengan ekspektasi yang terbentuk.
Sekarang gini deh, kalau ngomongin pelayanan dari sebuah institusi atau satu swalayan tidak memuaskan, orangnya tidak ramah atau sempat merasa dirugikan, memangnya di Indonesia tidak pernah mengalami begitu? Tidak pernah kesal dikasih kembalian 6 butir permen? Tidak pernah kesal ketika dibuntutin sama penjaga toko? Di Indonesia sering banget, kan? Tapi kenapa ketika berhubungan dengan negara Malaysia, seolah itu masalah besar dan sangat merugikan. Di negara asalmu apa kabar?
Lagi, kamu memang gak pernah ngomel-ngomel tentang sistem pendidikan di Indonesia? Tentang dosen yang suka ngilang-ngilang karena proyeknya di sana-sini? Tentang biaya pendidikan yang mahal? Lha, terus kalau lagi di Malaysia, kenapa ini kaya dosa besar dan tidak ada negara lain, bahkan tidak di negaramu sendiri, sehingga tampaknya jelek banget. Saya pernah bilang ke beberapa orang, kalau tidak mau masuk kelas Bahasa Melayu yang wajib itu, kalau tidak mau publikasikan artikel ke jurnal berindeks atau kalau tidak mau mengerjakan tesis yang banyak unitnya itu, jangan sekolah di sini. Beres kan? Bukan malah mengutuk.
Tentang air yang dijatah dalam sebulan ini. Pemutusan air selama dua hari dijadikan bahan maki-maki. Kalau bekalan air banyak, pasti tidak akan terjadi pemutusan aliran air, lho. Kamu merasakan sendiri kering sejak Desember lalu, kan? Lha, di negaramu itu air dan listrik juga byar pet kak. Tapi kenapa ketika kamu di sini lalu hal ini jadi isu besar seolah kamu tidak pernah mengalami?
Tentang pekerjaan. Posisimu enak. Gajimu besar. Tapi tetap saja menggerutu tentang aturan dan lain sebagainya. Di negaramu pun tidak lebih baik kok. Tapi kenapa sentimen dengan negara ini membuat kamu tidak bersyukur sih?
Tentang bahasa. Kalau kamu tidak suka bahasa satu negara, ya jangan sekolah di tempat itu. Jangan pula berkomentar tidak perlu. Menurut orang lain, bahasamu juga mungkin aneh atau terdengar lucu. Sama saja. Orang yang berbahasa Inggris saja bisa kok saling menertawakan karena satu sama lain punya cara pelafalan yang berbeda, tapi bukan berarti jelek.
Lebih pintarlah membuka pikiran dan hati.
Serius. Saya kadang malu mendengar teman-teman yang berpendidikan tinggi masih saja berpikiran picik. Satu semester pertama okelah, dimaklumi. Proses pembelajaran itu masih berlangsung. Tapi setelah dua semester atau bahkan dua tahun, masih begitu? Kasian.
Saya juga pernah kok punya stereotipe seperti itu, karena sebelum datang ke tempat saya belajar ini, hanya informasi seperti itu yang saya dapat. Seperti apa? Ya begitu, orang-orang di sini tidak ramah, bahasanya aneh, makanannya tidak enak. Tapi setelah melewati satu tahun...I can even miss curry, nasi lemak, mee curry and so forth. Saya bahkan bisa merasakan kalau ini rumah kedua saya.
Entah saya pernah menyinggung hal ini atau tidak, tapi lagi-lagi saya selalu mengimbau teman-teman untuk berpikir lebih terbuka. Kamu, kamu dan kamu di sini pun menimba ilmu. Ada yang kamu ambil. Kalau kamu tidak suka, kenapa dalam pergaulan sehari-hari dengan teman senegara pun kamu suka menggunakan kata-kata dalam Bahasa Melayu? Kalau kamu tidak suka, kenapa kamu tidak pulang saja?
Come on, belajar mengikis stereotipe dan prasangka deh. Jangan bilang "males ah, mereka gak ramah" dulu sebelum kamu benar-benar menemukan ketidakramahan. Bahkan saya pun bukan orang yang ramah, lho. Kalau mau menyalahkan, jangan salahkan budaya atau sistemnya, liat unit kecilnya. Entah yang tidak ramah itu adalah individunya atau yang tidak nyaman itu satu institusi saja. Be wise.
Ya sudah, gitu aja.
1 komentar
ini kerennn bgdd mba mellyy,, apalagi kata2 ini, dalemmmm :)
ReplyDeleteTentang pekerjaan. Posisimu enak. Gajimu besar. Tapi tetap saja menggerutu tentang aturan dan lain sebagainya. Di negaramu pun tidak lebih baik kok. Tapi kenapa sentimen dengan negara ini membuat kamu tidak bersyukur sih?