tentang teman perjalanan
Baru-baru ini seorang teman menanyakan
pengalaman saya piknik ke Hong Kong. Dia berencana pergi ke Hong Kong dan Macau
dengan teman-temannya. Itu satu cerita. Kemudian, beberapa hari lalu, tiga
orang teman saya mengabari kapan tanggal akad mereka. I’m happy, of course.
Tapi kemudian berkaitan dengan cerita pertama, saya menyadari bahwa temen
seperjalanan yang berstatus sama, single, sudah menipis. Kalaupun ada, culture
of traveling-nya beda.
Nah, saya jadi pingin bahas tentang pengalaman
bepergian bersama beberapa orang yang berbeda, apa saja kendalanya dan
bagaimana kemudian saya memastikan bahwa orang itu bisa diajak jalan bareng. Tentang
kriteria yang biasanya saya ajukan adalah: tempat tujuan dan interest, budget,
way of living dan attitude. Gini:
Tempat tujuan dan interest atau kesukaan(?):
biasanya saya akan memastikan teman saya ini tipe penyuka apa dari suatu tempat
tujuan. Suka hal-hal tradisional, suka alam, suka museum, suka belanja, atau
apa? Karena dari hal-hal itu bisa menimbulkan konflik. Misal, satu orang suka
museum dan yang lainnya tidak, akan ada saat di mana satu atau beberapa orang
tidak menemukan kesenangannya dari perjalanan ketika mereka tidak dapat
memenuhi keinginan berkunjungnya atau bahkan terpaksa mengunjungi suatu tempat
tanpa mereka suka. Kalau ada yang suka mall, sementara yang lainnya suka
berpetualang, ya sama saja, kasihan, khawatir tujuan perjalanan tidak
terpenuhi. Sejauh ini saya punya teman-teman yang bisa diajak jalan, tapi tidak
semuanya bisa disatukan dalam perjalanan yang sama. Jadi, biasanya saya akan
pergi dengan tujuan akademik dengan A, B atau C, untuk jalan-jalan kota dengan
D atau E, untuk jalan-jalan sejarah dan museum dengan F atau G, dan untuk
jalan-jalan pulau dengan H, I atau J. Kira-kira begitu. Saya sih merasa harus
tahu karakter dan kesukaan teman jalan agar tidak ada konflik. Karena perjalanan
semenyenangkan apapun, kadang bisa timbul konflik ketika semua pejalan-jalannya
mulai lelah.
Budget: pernah saya membatalkan beberapa kali
perjalanan karena perkara budget. Budget yang saya ajukan dengan budget yang
diajukan teman tidak matched. Masalahnya, budget ini perkara kemampuan. Ada yang
sanggup tinggal di hotel bahkan bintang 4, sementara rekan seperjalanannya
hanya mampu membayar hanya sampai hotel bintang 1. Kalau dipaksakan, mungkin
akan ada yang “tersiksa” harus membayar lebih dan broke, atau harus ngikut
dengan hotel sederhana tapi penuh complaints. Beda cerita, kalau yang budgetnya
tidak berlimit bisa menyesuaikan dan merasa fun saja dengan akomodasi apa
adanya. Yang jelas, tentang budget ini memang sensitif, tapi ini penting. Jangan
sampai nanti di perjalanan kita saling merepotkan, jadi berhutang, jadi ribut
dan lain sebagainya. Karena kadang “worth it” itu nilainya beda, jadi kita
harus tahu hal dasar ini bagi setiap individu pejalan. Intinya itu.
Way of living dan attitude: ini berkaitan
dengan bagaimana orang tersebut bisa hang out with another friends, bagaimana
orang tersebut bisa mandiri di jalan, bagaimana orang tersebut less
complaining, bagaimana orang tersebut bisa menghargai budaya yang berbeda
ketika berjalan, bagaimana orang tersebut gak ribet soal cari makan, tempat
mandi, tempat tidur dan lain sebaginya yang jadi kebutuhan dasar dalam
perjalanan. Ketika merasa bahwa orang A itu pengatur berat, dan tidak mau
mendengarkan yang lainnya, I prefer not going. Or I do go, alone. It’s better
than I sacrifice myself for not angry and not complaint but I would love to
slap the friend :D karena ketika berjalan bersama-sama, ini tentang kita
sama-sama menikmati perjalanan. Secara rasional dan fun, kita atur dan
bicarakan kemungkinan, kesempatan dan kesepakatan untuk berkunjung ke
tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Kalau ada orang yang dominan, udah males
jadinya.
Entah ya kalau ternyata dari beberapa kali
perjalanan dengan teman kemudian saya dimasukkan dalam senarai
teman-yang-gak-enak-diajak-jalan, I’m fine with that. Karena, dengan memaksakan
bersama-sama, rasanya kita sudah memulai perjalanan yang tidak menyenangkan. IMHO.
Seiring pengalaman, akan terjadi seleksi alam
kok. Bukan perkara kemudian we lose our friends, but it is how we manage to
have friends with less conflicts and stay with more fun. Well, dalam pertemanan
juga gitu bukan. At the end of the day, you will find who is the true one, and
who is not.
Jadi, siapa yang akan kamu ajak jalan
kemudian?
0 komentar