Jakarta dan Saya
Sudah lama rasanya tidak meninggalkan cerita di Laman ini, kangen, rindu dan sakaw akan piknik dan bertemu hal-hal baru nan unik :') Saya sudah di Jakarta sekarang, teman-teman. Kota yang tidak pernah masuk senarai untuk menjadi tempat yang saya tinggali dalam waktu lama, tapi sekarang menjadi satu-satunya pilihan setidaknya beberapa tahun ke depan. Selanjutnya? lihat nanti :) Bagaimana hidup di Ibu kota? hahah Ibu kota kejam ya? Entahlah, tapi kadang ingin mengangguk tegas mengatakan "ya" tapi kok kesannya cemen betul :D
Saya sementara menetap di satu daerah yang sebetulnya tidak jauh dari pusat Jakarta, tapi karena macet itu sepertinya tidak tertolong, jadilah kesannya saya tinggal di ujung dunia :)) agak berlebihan memang :D Saya tidak suka macet dan bunyi klakson yang sepertinya selalu dianggap sebagai alat untuk melancarkan jalanan ketika kemacetan melanda, kenyataannya sekarang saya tinggal di daerah itu :D pagi dan sore ramai seperti pasar malam, ditambah klakson yang sambar satu dan lainnya...
Bulan pertama di Jakarta tabungan saya nyaris habis untuk Taksi. Ya, Taksi :D macem aja punya tabungan banyak :)) Saya tidak bisa diam, ingin ke sana, ingin ke situ, ingin bertemu A-Z kalau bisa, ingin mencoba berbagai hal tapi terbatas dengan rasa takut Jakarta dan nihil pengetahuan soal transportasi juga pemetaan kota Jakarta. Jadilah saya bersedekah kepada Taksi-taksi di Jakarta :D
Memasuki bulan kedua saya mendaulat seorang teman yang konon preman Jakarta untuk mengajari saya naik Metromini, Kopaja, Patas, Angkot dan Bis TransJakarta :) Segitunya ya? ya, saya berlebihan memang menyikapi kota ini. Stereotype yang sudah tumbuh sejak saya kecil belum bisa dikompromi. Saya tidak berani iseng untuk mencoba aneka jurusan angkot atau Metromini, cemen banget ya? Tapi ya begitu, sama halnya kaya orang yang tidak berani mencoba makanan-makanan baru ketika piknik karena memang tidak terbiasa atau memang tidak tahu bagaimana memakannya. Tidak ada yang salah untuk itu, menurut saya. Tapi ketika Rupiah demi Rupiah tampak lancar keluar dari dompet, saya mulai berpikir bahwa Stereotype itu perlu dikompromikan dan dikonstruksikan menjadi stereotype lainnya. Melalui riset :))
Berat ya? :)) :)) Risetnya apa? Saya dan teman saya itu berkelana menggunakan alat transportasi umum menuju tempat-tempat yang biasa saya datangi, dan akan saya datangi. Saya seperti ambil kursus naik angkutan umum dalam sehari. Saya diajarkan dimana menunggunya, naiknya dari mana, bayarnya berapa, bahkan hingga diberi tips-tips duduk di angkutan umum :)) agak berlebihan :D Dummy for transportation, mungkin, kalau ada bukunya :)) Tapi kursus satu hari ini cukup bikin saya percaya diri dan berani untuk melangkah ke tempat-tempat yang saya perlukan dengan angkutan umum, sendirian. Berbekal mbah gugel, sms ke teman, dan peta saya mulai terbiasa menggunakan transportasi umum di Jakarta. Belum banyak sih daerah yang saya jelajahi sendiri, tapi sudah jauh lebih baik berbanding dua bulan lalu :)
Tempat terjauh yang saya datangi sendirian adalah Salihara di daerah Pasar Minggu. Dengan modal bertanya ke seorang teman, saya naik Bis TransJakarta dengan tujuan Shelter terjauh, so far, dan kemudian mencari Metromini yang tidak saya kenal dan berhenti di ujung jalan Salihara ketika matahari sudah tenggelam dan memberanikan diri jalan di daerah yang asing dan cukup sepi untuk menuju tempat tujuan hari itu. Saya senang sekali bisa jalan sendirian sejauh itu, tanpa Taksi :) walaupun pulangnya naksi juga karena sudah malam.
Saya sudah niat ingin mengunjungi beberapa tempat, nanti. Sekarang di sini saya agak kelimpungan dengan jadwal kerja, nesis dan lainnya yang saling todong setiap hari, jadi masih belum bebas berkelana kesana kemari, membolang sendiri :) Mungkin nanti ya...
Karena memang saya terbiasa sendiri, walau sangat suka kalau ramai-ramai, saya sering kucluk-kucluk pergi ke sana ke sini sendiri. Kadang sih merasa seperti alien dan lonely, kota sebesar ini, di negara sendiri pula, masih saja jalan sendiri :) tapi ya kalau diingat-ingat, sebagian besar hidup saya ya memang berkelana sendiri :) tinggal meningkatkan rasa nyaman saja, sepertinya.
Ah baiklah, cerita Jakarta dilanjut kapan-kapan lagi, karena sepertinya akan ada beberapa tag Jakarta, Indonesia nanti :)
Ibu kota? mari...
1 komentar
Ibu kota tak sekejam Ibu tiri, Beb. #eh
ReplyDeleteSikatt!