Pray For Indonesia
(Pat Thomas, editor of Ecologist) Ini adalah kalimat kutipan yang membuka The Marginalized: An Exhibition of Global Others karya dua teman baik saya Indrawan Prabaharyaka dan Widyastuti Prabaharyaka. Sepenggal kutipan itu cukup "menampar" saya ketika melirik sederetan cerita, pengalaman dan angan-angan untuk piknik ke berbagai tempat. Ya, I am not good enough as traveler/picnicker. Kadang yang kita, saya, cari adalah keindahan, kenyamanan, kesenangan dari perjalanan-perjalanan yang dilakukan. Kadang lupa bahwa ada banyak tempat yang mesti juga kita kunjungi sebagai seorang pejalan-jalan. Tempat-tempat yang butuh untuk dibantu bukan dinikmati dan dilucuti keindahannya. Perjalanan bisa memberikan sesuatu bagi sekitar dan bukan sekedar menikmati dan menelanjangi rupawan alam saja. Perjalanan itu tidak selalu untuk menyenangkan diri sendiri, namun juga orang lainnya. Ada lagi satu teman dari kenalan saya yang memperkenalkan saya pada Responsible Traveler tentang bagaimana seorang pejalan-jalan harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sederhananya membuang sampah plastik pembungkus roti bekal perjalanan atau meletakkan bekas air mineral ke dalam satu wadah yang disebut tempat sampah dan bukan pinggiran jalan atau kali. Hal sekecil ini banyak dilupakan oleh banyak pejalan-jalan. Merasa telah membayar sekian Rupiah, Dollar atau Euro untuk perjalanannya, dianggaplah bahwa sampah-sampah dapat berjalan sendiri ke tempat mereka bisa bermuara. Ditambah kejadian alam yang terjadi belakangan ini di Tanah Air. Banjir yang memakan nyawa, Gunung meletus yang mencabut kehidupan, Air berkubik-kubik dari Tsunami di belahan pantai Sumatera. Kita, saya, sebagai orang yang mengaku pejalan-jalan apakah masih akan dengan tujuan semula yaitu piknik menikmati keindahan alam, bercengkrama dengan ombak pantai, bercumbu dengan matahari tenggelam. Sementara di berbagai belahan Ibu Pertiwi menangis kesakitan. Bencana yang menyakiti fisik dan mental perlu uluran tangan secara nyata dalam rupa sepuluh jari lengkap dengan lengannya, entah itu doa yang ikhlas ataupun sekumpulan receh penuh harap. Gempa yang masih berguncang sehingga sekarang dan sisa Tsunami di belahan Mentawai menyisakan duka dan nyawa yang perlu dibantu. Badan bernama jasad tak bernyawa, sudahlah. Mari yang hidup kita selamatkan. Gunung Merapi yang menggeliat sejak beberapa waktu lalu akhirnya memuntahkan seluruh isi perutnya setelah mual dan muak menahan di dalam. Belasan entah sudah puluhan sekarang korban dari hembusan Wedhus Gembel yang dihasilkannya. Pengungsian masih penuh dengan warga, mari tolonglah. Merangkum semua tulisan-tulisan di atas bahwa pejalan-jalan bukanlah kesenangan diri semata, merangkul sesama, bercinta dengan alam semesta juga menjadi bagian darinya. Teman-teman yang membaca tulisan ini, bisa ikut membantu dalam segala rupa bantuan fisik, materi dan doa. Di sini saya sertakan beberapa alamat yang bisa dituju jika hati tergerak membantu: • Tim Siaga Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah: Sukarno (HP: 0818 04122218) • Tim Siaga Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah: Jumadi (HP: 0817 0630 375) • Tim Siaga Desa Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah: Pomo (HP: 08191543 9447), Jumarno (HP: 0878 3412 3330) • Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Krinjing, Dukun, Magelang, Jawa Tengah: Sartono (HP: 0819 0387 2562) • Kepala Desa Sumber, Dukun, Magelang, Jawa Tengah: Maryono (HP: 0817 4109151) • Kepala Desa Ngargomulyo, Dukun, Magelang, Jawa Tengah: Yatin (HP: 0857 29318157) • Radio Komunitas Lintas Merapi, Desa Sidomulyo, Klaten: Sukiman (HP: 081578063198) • Radio Komunitas Sor Sengon, Desa Wonogondang, Sleman: Bambang (HP: 08174114001) • Radio Komunitas Suara Merapi, Desa Kemusuk, Boyolali: Boim (HP: 081227944912) Slam (085647116591) Sumber Ndorokakung Update 5/11/10: Bantuan yang banyak dibutuhkan Masker, Makanan (Nasi Bungkus dll), Selimut, Tikar, Uang tunai. UNTUK SEGALA BANTUAN BISA CHECK INI *foto dari google*Most of us aren’t travellers at all – we’re tourists, as vulnerable to the process of commodification as the places we visit.
0 komentar