Jalan-jalan keliling rumah mbah google untuk mengenal kembali sejarah Hari Ibu

By 7:59:00 AM

Seingat saya tahun 2009 itu adalah awal di mana akhirnya saya kembali ke jalan yang benar tentang memaknai peringatan Hari Ibu di Indonesia. Sekian puluh tahun saya selalu mengartikan bahwa peringatan Hari Ibu itu adalah upaya mengungkapkan rasa terima kasih, syukur dan sayang secara khusus kepada Ibu yang telah melahirkan, membesarkan dan berjasa atas hidup saya, ternyata salah kaprah. Bahwa menjadikan hari khusus sebagai hari istimewa untuk mengungkapkan segala rasa yang tidak bisa dituliskan itu, boleh saja. Tidak salah. Tapi ketika ucapan itu diasosiasikan dengan peringatan Hari Ibu di Indonesia, ini yang menjadikannya keliru. Perkaranya, peringatan Hari Ibu, secara politik ditetapkan demikian, bukan untuk mengapresiasikan rasa terima kasih, bersyukur dan lainnya kepada Ibu sebagai sumber kehidupan; akan rahimnya. Tetapi tentang semangat perjuangan Perempuan yang bersatu pada sebuah wadah Kongres Wanita pada tahun 1928 untuk mencapai kemerdekaan dan memperbaiki kualitas bangsa ini.

Bahwa Ibu, sebagai fungsi parental, adalah mulia, iya. Demikian. Akan selalu demikian. Bahwa Ibu pada peringatan Hari Ibu dibatasi pada fungsi parental saja, fungsi rahim saja, tidak. Tidak demikian. 

Saya tidak bisa bercerita panjang, karena saya bukan penutur sejarah yang baik. Tapi teman-teman bisa membaca beberapa tautan berikut ini:


Saya nyinyir? Iya, mungkin. Tapi saya merasa bertanggung jawab untuk mengimbau teman-teman untuk kembali kepada "fitrah" Hari Ibu itu. Di lain sisi, saya juga ingin teman-teman semua melihat Ibu sebagai konstruksi yang semestinya, bukan yang terkonstruksi di masyarakat. Bahwa Ibu itu bukan perkara fungsi rahim, bukan perkara pernah menyusui. Bukan itu. Bahwa ini tentang perempuan Indonesia dengan panggilan Ibu sebagai wujud hormat yang memiliki potensi besar untuk berjuang; untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk lingkungannya dan untuk bangsanya. Bahwa perempuan yang tidak punya kesempatan mengandung dan menyusui, yang tidak bisa merasa mencintai laki-laki, yang tidak/belum berkesempatan menikah, mereka adalah IBU, karena mereka Perempuan Indonesia. 

Bagi yang sempat membaca, boleh tolong luruskan sejarah ini? Kasihan anak dan cucu kita kelak jika mereka tidak pernah tahu sejarah perjuangan perempuan di Indonesia. Kasihan juga mereka ketika hanya melihat perempuan dalam sudut pandang yang sempit. Kasihan juga mereka ketika lupa memberi ruang kepada perempuan lainnya yang berada di luar konstruksi sosial.

Selamat Hari Ibu, semua Perempuan Indonesia. Apa sumbanganmu?

You Might Also Like

2 komentar

  1. Jujur aja, arie pun masih beranggapan bahwa hari ibu itu hari dimana harus mengungkapkan rasa terima kasih ke ibu. ternyata bukan toh.. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gpp, sekarang kan jadi tau :) tapi mengucapkan ke Ibu sendiri juga gpp, beliau juga berjuang dengan caranya, kan?

      Delete